Sunday 8 July 2018

Posted by ihsan On 19:55
Setelah sekian lama tidak update, kebetulan lagi ada waktu luang saya akan coba bahas pelan pelan dan secara sederhana salah satu pengujian mekanik batuan untuk mendapatkan nilai kuat tarik batuan.

Kekuatan tarik (tensile strengthultimate tensile strength) adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan tarik adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda.
Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan meregang dan mengalami deformasi sebelum patah, yang disebut dengan benda elastis (ductile).
Kekuatan tarik umumnya dapat dicari dengan melakukan uji tarik dan mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik tertinggi dari kurva tegangan-regangan disebut dengan kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength). (Wikipedia)

Kekuatan tarik material batuan biasanya didefinisikan sebagai tegangan tarik maksimum yang dapat dialami oleh suatu material dalah hal ini batuan atau beton. Material batuan biasanya memiliki kekuatan tarik rendah, yang dapat ditentukan dengan metode langsung dan tidak langsung.

Uji brazilian adalah salah satu pengujian kekuatan tarik secara tidak langsung (Tensile Strength Test), yang paling populer dilakukan untuk mengetahui kuat tarik batuan, pengujian ini lebih sering digunakan, karena lebih mudah dan sederhana dibanding dengan uji kuat tarik batuan secara langsung yang prosesnya rumit dalam hal sample preparation-nya.



Secara kronologis, pencipta metode uji kuat tarik tidak langsung ini adalah Carneiro (1943), yang memperkenalkan metode uji untuk mendapatkan nilai kekuatan tarik beton dan menciptakan rumus untuk menghitung kekuatan tarik sampel dalam bentuk silinder yang dibebani konstant secara perlahan hingga sampel batuan menunjukkan bidang keruntuhan.

Dimana P (kN) adalah beban tekan maksimal sampai sampel pecah, D (mm) adalah diameter silinder dan t (mm) adalah panjang/tebal/thickness benda uji. Hasil uji kuat tarik brazilian adalah dalam (MPa).

Rasio panjang / diameter harus 0,5 hingga 0,6 atau (L= 2D). Beban terus ditingkatkan pada tingkat yang konstan sampai kegagalan sampel terjadi dalam beberapa menit. Tingkat pemuatan tergantung pada bahan dan dapat dari 10 hingga 50 kN / menit.

Persamaan di atas menggunakan teori elastisitas untuk media kontinyu isotropik dan memberikan tegangan tarik tegak lurus terhadap diameter yang dimuat di pusat cakram pada saat terbentuk bidang keruntuhan batuan.

Dalam pengujian ini sampel batuan berbentuk silinder diletakkan dengan posisi ditidurkan kemudian beban terpusat diberikan pada kedua kutubnya. Saat membebani silinder beton pada dua kutubnya, Carneiro mengamati bahwa keruntuhan benda uji hampir pasti terjadi pada bidang vertikal yang menghubungkan kedua kutub dari suatu penampang silinder.






Nilai kekuat tarik batuan sebagai salah satu parameter mekanik batuan umumnya digunakan dalam mendesain bagian dari suatu struktur yang bersifat ductile dan brittle yang bersifat tidak statis, dalam arti selalu menerima gaya dalam jumlah besar, meski benda tersebut tidak bergerak seperti bangunan, atau dalam konteks pertambangan desain lereng tambang dan embankment/tanggul.

Saya akan mencukupkan pembahasan tentang pengujian Brazilian test ini sampai disini, jika ada yang ingin didiskusikan dapat langsung pada kolom komentar atau via email, 

Untuk ulasan turunan dari formulasi Brazilian test bisa dibaca pada blognya sensei james oetomo  , dia menjabarkan dengan sangat detail sampe tuntas.

Semoga Bermanfaat

Sumber;
  • http://www.geotechdata.info/geotest/brazilian-test.html
  • https://www.researchgate.net/publication/284182620_Current_Cognition_of_Rock_Tensile_Strength_Testing_By_Brazilian_Test
  • https://james-oetomo.com/2016/04/16/uji-brazilianuji-belah-overview/

0 komentar:

Post a Comment